Sunday, May 1, 2011

Daulah Abbasiyah: Al-Muhtadi, Khalifah yang Adil

Nama lengkap Al-Muhtadi (869-870 M) adalah Abu Ishaq Muhammad bin Al-Watsiq bin Al-Mu'tashim bin Harun Ar-Rasyid. Ia dilahirkan pada 219 H. Ada yang mengatakan 215 H. Dia dikenal dengan sebutan Abu Abdillah. Ia adalah putra Khalifah Al-Watsiq.

Khalifah Al-Muhtadi termasuk khalifah yang sangat teguh memegang prinsip. Perilakunya baik, murah hati, dermawan, wara', gemar beribadah, dan zuhud terhadap kesenangan dunia. Joesoef Sou'yb dalam Sejarah Daulah Abbasiyah memaparkan ciri khalifah ini dengan kata-kata, "Ia bukan seorang militer akan tetapi seorang ulama yang menyerahkan hidupnya untuk kepentingan agama. Dan sikap hidupnya taat dan wara'."

Pembaiatannya menjadi khalifah ke-14 Bani Abbasiyah terjadi pada Rabu malam bulan Raja 256 H. Peristiwa itu terjadi ketika Khalifah Al-Mu'taz mengikrarkan diri untuk mundur dari tampuk kekhalifahan dan pengakuan terhadap kelemahannya dalam menjalankan roda pemerintahan. Ia lebih suka jabatan kekhalifahan diserahkan kepada orang yang dianggap lebih mampu, dalam hal ini ia lebih percaya untuk diserahkan kepada Muhammad bin Al-Watsiq Billah, atau lebih dikenal dengan sebutan Al-Muhtadi.

Setelah kejadian tersebut, Khalifah Al-Mu'taz segera mengangkat tangan Al-Muhtadi untuk membaiatnya sebagai khalifah, kemudian orang-orang pun mengikuti langkahnya untuk membaiat Al-Muhtadi. Setelah itu ia dibaiat secara khusus oleh Ahlul Halli wal Aqdi dan dibaiat secara massal di atas mimbar oleh rakyat.

Pada akhir Rajab, terjadi peristiwa besar di Baghdad dengan tersebarnya fitnah. Para penduduk mendatangi gubernur Baghdad sebagai perwakilan khalifahnya yang bernama Sulaiman bin Abdullah bin Thahir. Mereka menyerukan kepada gubernur agar segera membaiat Ahmad bin Al-Mutawakkil, saudara kandung Al-Mu'taz. Hal itu terjadi karena para penduduk belum mengetahui peristiwa yang terjadi di Samarra tentang pengangkatan khalifah baru Al-Muhtadi sebagai pengganti Al-Mu'taz.

Suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Khalifah Al-Muhtadi untuk meminta tolong agar dibebaskan dan dihakimi masalah sengketanya dengan orang lain. Khalifah pun menghukumi dan memberi keputusan kepada keduanya.

Khalifah Al-Muhtadi memberikan putusan dengan begitu adil sehingga salah seorang di antara mereka berucap, "Engkau telah menghukumi dan memutuskan perkara di antara kami dengan wajah yang bersih dan putih berseri laksana rembulan yang bersinar, yang tidak menerima orang yang menyuap dalam pengadilannya dan tidak menghiraukan kejahatan orang yang akan menzalimi."

Tatkala Khalifah Al-Muhtadi mendengar perkataan lelaki itu, ia berucap, "Semoga Allah membaguskan apa yang engkau katakan. Sesungguhnya aku tidaklah mengambil manfaat dari apa yang kau katakan tadi, karena sesungguhnya tidaklah aku duduk di mahkamah ini (hakim) sehingga aku membaca dan menghayati ayat Al-Qur'an ini: 'Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan pahalanya. Dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan.' (QS. Al-Anbiya: 47)."

Orang-orang pun menangis mendengar ucapannya tadi. Tidak pernah ada orang yang menangis lebih banyak jumlahnya daripada hari itu.

Khalifah Al-Muhtadi biasa melakukan puasa berturut-turut sejak dilantik menjadi khalifah hingga terbunuh. Ia sangat suka mengikuti perilaku Khalifah Umar bin Abdul Azis dalam menjalankan pemerintahan, kewara'an, hidup serba kekurangan, banyak ibadah, dan sangat berhati-hati mengambil keputusan. Ada banyak kesamaan antara Umar bin Abdul Azis dengan Al-Muhtadi.

Imam As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa' memaparkan kisah menarik tentang ibadah Khalifah Al-Muhtadi ini. Suatu malam menjealng Isya di bulan Ramadhan, Hasyim bin Qasim sedang menemani Khalifah Al-Muhtadi. Setelah shalat Isya, sang khalifah mengajak Hasyim makan malam.

Sajian malam itu sangat sederhana. Hasyim mengira setelah makanan itu akan ada lagi makanan lainnya. Ketika hal itu disampaikan kepada khalifah, ia menjawab, "Di kalangan Bani Umayyah ada seorang bernama Umar bin Abdul Azis. Engkau tahu bagiamana ia menyikapi dunia ini? Aku cemburu dengan apa yang dilakukan Bani Hasyim. Maka aku mengambil sikap seperti yang engkau saksikan."

Khalifah Al-Muhtadi wafat pada Senin, 14 Rajab 257 H. Ia hanya memerintah setahun kurang lima hari. Ja'far bin Abdul Malik ikut menshalatkan dan menguburkannya dekat makam Al-Muntashir bin Al-Mutawakkil.

Sumber : Republika

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More