Sunday, May 1, 2011

Daulah Abbasiyah: Al-Mu'taz Billah, Meninggal Karena Haus

Al-Mu'taz Billah (866-869 M) dilahirkan pada 231 H. Ibunya seorang mantan budak yang berasal dari Romawi bernama Qabihah. Dia dilantik menjadi khalifah ketika Al-Musta'in Billah menyatakan mundur dari kursi khalifah pada 4 Muharram 252 H. Saat itu umurnya baru menginjak 19 atau 20 tahun.

Al-Mu'taz Billah bernama Muhammad. Namun ada pula yang menyebutnya Zubair. Dia biasa dipanghttp://cms.republika.co.id/news/edit/lkcj5jgil dengan Abu Ubaidillah bin Al-Mutawakkil bin Al-Musta'in bin Ar-Rasyid dan merupakan khalifah Bani Abbasiyah ke-13.

Dia berwajah tampan. Ali bin Harb, salah seorang guru Al-Mu'taz dalam bidang hadits berujar, "Saya belum pernah melihat seorang khalifah yang lebih tampan darinya."

Ia adalah khalifah pertama yang menghiasi kendaraan-kendaraannya dengan emas setelah khalifah sebelumnya hanya menghiasinya dengan perak yang sangat tipis.

Pada tahun pemerintahannya, Asynas, orang yang diangkat Al-Watsiq sebagai penguasai Sulthanah, meninggal dunia. Dia meninggalkan harta 500.000 dinar. Al-Mu'taz mengambil harta itu dan mencopot Muhammad bin Ath-Thahir dari kedudukannya. Begitu juga Bugha Asy-Syarabi yang kemudian melakukan pemberontakan dan berhasil dikalahkan oleh Al-Mu'taz.

Pada bulan Rajab tahun itu pula, Al-Mu'taz mencopot adiknya, Al-Muayyad, dari kedudukannya serta memenjarakannya. Al-Muayyad yang waktu itu menjadi Panglima Besar di Baghdad dianggap berbahaya. Ketika diundang ke Samarra, ia ditangkap lalu dijebloskan ke dalam penjara. Di tempat itu ia meninggal lantaran disiksa.

Al-Mu'taz sangat lemah dalam menghadapi orang-orang Turki. Apalagi ketika para pemimpin mereka menemuinya dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, kami minta dana untuk memindahkan Shalih bin Washif."

Al-Mu'taz yang sangat takut dengan Shalih bin Washif segera meminta dana kepada ibunya, namun ibunya menolak sedangkan harta di Baitul Mal saat itu telah habis terkuras.

Karena permintaan mereka tak dikabulkan, orang-orang Turki segera membuat kesepakatan untuk mencopot khalifah dari kekuasaannya. Hal ini disetujui oleh pemimpin mereka, Shalih bin Washif dan Muhammad bin Bugha.

Para pemberontak akhirnya menyerang istana khalifah yang saat itu memang tak mempunyai tentara yang kuat lagi, sehingga dengan mudah mereka dapat menangkap Khalifah Al-Mu'taz dan memperlakukannya dengan tidak layak. Mereka memaksa khalifah untuk mengundurkan diri seraya berkata, "Nyatakan olehmu bahwa engkau mengundurkan diri!"

Lalu mereka menghadirkan hakim Ibnu Abi Syawarib dan beberapa orang saksi untuk menyaksikan pencopotan Al-Mu'taz dari kekuasaannya. Kemudian mereka mendatangkan Muhammad bin Al-Watsiq dari Baghdad ke pusat khilafah di Samarra. Akhirnya, Al-Mu'taz menyerahkan kursi khilafah kepada Muhammad bin Al-Watsiq dan menyatakan baiatnya.

Mereka tidak puas hanya dengan pengunduran diri Al-Mu'taz dan pembaiatan Muhammad bin Al-Watsiq. Para pemberontak menyiksa Al-Mu'taz setelah lima hari disingkirkan dari kekuasaannya. Mereka memasukkan Al-Mu'taz ke kamar mandi dan memaksanya mandi hingga waktu yang sangat lama.

Setelah dipaksa mandi, Al-Mu'taz merasa sangat kehausan, namun mereka tidak memberinya minum. Akhirnya, Al-Mu'taz meninggal karena kehausan. Peristiwa tragis ini terjadi pada bulan Sya'ban tahun 255 H.

Sumber : Republika

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More