Sunday, May 15, 2011

Daulah Abbasiyah: Ar-Rasyid Billah, Khalifah yang Terzalimi

Abu Ja'far Ar-Rasyid Billah, nama aslinya Manshur bin Al-Mustarsyid. Dia dilahirkan pada 502 H. Ibunya mantan budak. Disebutkan bahwa saat melahirkannya sang ibu mengalami kesulitan. Hingga akhirnya dipanggillah para dokter untuk membuka tempat keluarnya bayi. Dan dengan izin Allah, bayi itu berhasil dikeluarkan.

Ar-Rasyid memiliki wajah yang tampan, dan seorang dermawan. Dia dikenal fasih dan berwawasan luas. Ia seorang penyair, pemberani, murah hati, berperilaku baik, adil, dan membenci kejahatan.

Ayahnya menobatkannya sebagai putra mahkota pada 523 H. Ia dilantik sebagai khalifah pada saat ayahnya dibunuh pada Dzulqa'dah 529 H. Ia merupakan khalifah Daulah Abbasiyah ke-30 (1135-1136 M), dan dilantik menjadi khalifah pada usia 27 tahun.

Ar-Rasyid memerintah dalam tempo yang singkat, hanya 11 bulan. Hal itu disebabkan Ar-Rasyid ingin melanjutkan langkah-langkah yang telah ditempuh ayahnya dalam upaya memulihkan wewenang khalifah. Dan hal ini sangat tidak disukai Sultan Mas'ud, hingga mengakibatkan sengketa panjang antara khalifah dan sultan.

Setelah upacara pembaiatan khalifah di Baghdad selesai, Sultan Mas'ud beserta pengawalnya berangkat ke kota Ray. Di kota itu terdapat sebuah istana yang biasa digunakan oleh para Sultan Seljuk untuk bersantai.

Keberangkatan Sultan Mas'ud dengan dikawal pasukannya itu dipandang oleh khalifah merupakan saat yang tepat untuk melakukan surat-menyurat dengan para amir setempat. Termasuk Amir Dawud yang menjabat sebagai penguasai wilayah Azerbaijan dan Imaduddin Zanki yang menjabat sebagai pemimpin Mosul. Amir Dawud sebelumnya adalah seorang sultan, namun karena berselisih dengan Mas'ud, ia diturunkan dari jabatannya.

Ketika Sultan Mas'ud keluar ibukota, saat itulah Khalifah Ar-Rasyid mengundang para amir setempat untuk datang ke Baghdad. Mereka datang dengan membawa pasukan masing-masing. Berlangsunglah perundingan terakhir dan mencapai kesepakatan untuk menobatkan kembali Amir Dawud sebagai sultan menggantikan Sultan Mas'ud. Dalam upacara penobatan itu diumumkanlah pemecatan Sultan Mas'ud oleh Khalifah Ar-Rasyid.

Ketika Sultan Mas'ud mendengar berita pemecatannya dan penobatan Amir Dawud sebagai sultan, bangkitlah kemarahannya. Namun ia masih mampu menahan diri. Ia pun mempersiapkan kekuatan di kota Ray untuk menghadapi pasukan gabungan di ibukota itu.

Akhirnya Baghdad berhasil dikuasai oleh Sultan Mas'ud. Sultan Dawud sendiri dengan pasukannya terpaksa pulang kembali ke Azerbaijan. Sementara Imaduddin Zanki dan Khalifah Ar-Rasyid terpaksa mundur ke Mosul.

Sultan Mas'ud segera mengumpulkan para pemuka masyarakat ibukota beserta pembesar pemerintahan. Dalam majelis itu, dia memperlihatkan supucuk surat yang ditulis dan ditandatangani sendiri oleh Khalifah Ar-Rasyid. Isinya memuat pernyataan pengangkatan Ar-Rasyid sebagai khalifah harus memperoleh restu dan persetujuan Sultan Mas'ud, dengan ketentuan bahwa Khalifah Ar-Rasyid tidak akan menggerakkan suatu perlawanan terhadap Sultan Mas'ud, seperti yang dilakukan bapaknya.

Di antara isi surat itu, "Sungguh kalau aku keluar memerangi salah seorang sultan dengan pedang, maka otomatis aku melepaskan kekhalifahan."

Ketika surat tersebut terbukti keasliannya, maka majelis memutuskan pemecatan Khalifah Ar-Rasyid berdasarkan fatwa qudhat (para hakim) dan fuqaha (para ahli hukum). Yang melaksanakan eksekusi pencopotan khalifah adalah Abu Thahir bin Al-Karkhi, seorang hakim wilayah itu. Lalu mereka beramai-ramai membaiat Muhammad bin Al-Mustazhir, paman Ar-Rasyid. Ia diberi gelar Al-Muqtafi Liamrillah. Peristiwa ini terjadi pada 16 Dzulqa'dah 530 H.

Tatkala berita tentang pencopotan dirinya sampai kepada Ar-Rasyid, ia segera pergi dari Mosul menuju Azerbaijan dengan ditemani beberapa orang. Mereka membawa perbekalan dari Muraghah, kemudian memutuskan istirahat di tempat itu. Baru setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Hamadzan. Mereka mengumpulkan para ulama kemudian melanjutkan perjalanan ke Isfahan dan menduduki wilayah itu.

Ar-Rasyid menderita sakit keras di Isfahan. Pada saat itulah, sekelompok orang tiba-tiba datang menemuinya. Mereka menyamar sebagai pelayan dan membunuh Ar-Rasyid dengan pisau. Namun para pembunuh ini pun kemudian terbunuh juga.

Peristiwa ini terjadi pada 16 Ramadhan 531 H. Dengan demikian, masa kekhalifahannya hanya 11 bulan 11 hari. Saat kabar kematiannya sampai ke Baghdad, penduduk negeri itu menyatakan bela sungkawa dengan tidak mengadakan aktivitas selama sehari penuh.

Sumber : Republika

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More