Sunday, May 15, 2011

Daulah Abbasiyah: Al-Muqtafi, Sang Reformis Daulah

Abu Abdullah Al-Muqtafi Liamrillah, nama lengkapnya Muhammad bin Al-Mustazhir Billah. Dia dilahirkan pada 22 Rabiul Awwal 489 H. Ibunya berasal dari Ethiopia. Dia dilantik sebagai khalifah Bani Abbasiyah ke-31 (1136-1160 M) tatkala saudaranya dilengserkan.

Saat pelantikannya, ia berumur 40 tahun. Dia diberi gelar Al-Muqtafi karena melihat Rasulullah Saw dalam mimpinya enam hari sebelum menjadi khalifah. Dalam mimpi itu Rasulullah bersabda, "Perkara ini akan sampai di tanganmu, maka ikutilah jalan Allah (iqtafi biamrillah)." Berdasarkan sabda Rasulullah itulah, ia diberi gelar Al-Muqtafi Liamrillah.

Pada 531 H, Sultan Mas'ud mengambil semua kekayaaan khalifah dan tidak meninggalkan apa pun untuknya kecuali sebidang tanah. Sultan bahkan mengirim utusannya untuk meminta uang sebanyak 100.000 dinar dari khalifah.

Al-Muqtafi berkata, "Kami tidak melihat tindakan yang lebih aneh dari tindakan kalian. Bukankah kalian tahu bahwa Al-Mustarsyid telah memberikan semua hartanya untuk kalian dan kalian lihat apa yang terjadi. Setelah itu Ar-Rasyid berkuasa. Dia juga melakukan hal yang sama. Dia pergi dan mengambil semua yang tersisa. Tak ada yang tersisa kecuali alat-alat rumah tangga dan semuanya kalian ambil. Kalian juga mengambil semua pajak, kekayaan dan warisan. Lalu dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu?"

Akhirnya sang sultan tidak mengambil apa pun dari istana. Dia kembali mengambil pajak dan harta rakyat dengan cara kasar serta mengambil cukai dari para pedagang. Rakyat merasa sesak dadanya dengan apa yang dilakukan sultan.

Pada 547 H, Sultan Mas'ud meninggal dunia, dan digantikan oleh Malik Syah. Berkenaan dengan kematiannya, Ibnu Hurairah, salah seorang menteri Al-Muqtafi mengisahkan, tatkala orang-orang Sultan Mas'ud melakukan tindakan semena-mena atas nama Al-Muqtafi dan tidak memungkinkan bagi khalifah untuk menyatakan perang dengan terang-terangan, maka diambil keputusan untuk mendoakan Sultan Mas'ud selama sebulan sebagaimana Rasulullah mendoakan Ra'i dan Dzakwan.

Pada 549 H, Az-Zafhir Billah Al-Ubaidi, penguasa Mesir, terbunuh. Sebagai penggantinya dinobatkanlah anaknya yang bernama Al-Faiz Isa yang saat itu masih anak-anak. Sehingga dengan demikian melorotlah pamor kekuasaannya di Mesir.

Membaca kondisi yang baik ini Al-Muqtafi segera mengirim surat kepada Nuruddin Mahmud bin Zanky dan mengangkatnya sebagai penguasa Mesir. Dia memberi wewenang penuh kepada Nuruddin dan memberi gelar Al-Malik Al-Adil.

Kekuasaan Al-Muqtafi pun semakin kokoh dan kuat. Ia mampu memadamkan tindakan-tindakan pembangkangan. Dia berusaha menjadikan orang-orang yang berbeda dengannya agar mendukungnya. Kekuasaannya semakin hari semakin menguat dan kokoh hingga akhirnya dia meninggal dunia pada malam Ahad, 2 Rabiul Awwal 555 H. Khalifah Al-Muqtafi wafat dalam usia 66 tahun setelah memegang jabatan selama 24 tahun.

Ibnu Jauzi berkata, "Sejak zaman pemerintahan Al-Muqtafi, Baghdad dan Irak kembali ke pangkuan para khalifah. Tak seorang pun pesaing yang memandingi kekuasaan khalifah. Sebelumnya, sejak masa pemerintahan Al-Muqtadir, kekuasaan berada di tangan raja-raja kecil—yang disebut dengan sultan. Khalifah di masa itu tak lebih hanya sekedar simbol yang tak memiliki pengaruh."

"Khalifah Al-Muqtafi dikenal sebagai sosok yang sangat pemurah, sangat senang dengan ilmu hadits dan setia mendengarkan pendapat para ahlinya serta penuh perhatian terhadap ilmu pengetahauan. Ia juga sangat memerhatikan para ulama dan ilmuwan," tambah Jauzi.

Sumber : Republika

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More