Tuesday, May 10, 2011

Daulah Abbasiyah: Al-Qaim Biamrillah, Dekat dengan Bani Seljuk

Abu Ja'far Al-Qaim Biamrillah, nama aslinya Abdullah bin Al-Qadir. Dilahirkan pada Dzulqa'dah 391 H. Ibunya seorang mantan budak dari Armenia bernama Badar Ad-Duja, namun ada pula yang menyebutnya Qathr An-Nada.

Al-Qaim diangkat sebagai khalifah Daulah Abbasiyah ke-26 (1031-1075 M) pada Dzulhijjah 423 H, bergelar Al-Qaim Biamrillah pemberian ayahnya. Ibnu Atsir berkata tentang Al-Qaim, "Dia adalah lelaki yang tampan, wajahnya rupawan, kulitnya putih kemerahan dan tubuhnya semampai. Dia juga seorang yang wara', taat beragama, zuhud, banyak bersedekah dan memiliki keyakinan dan kesabaran yang tinggi. Dia juga memiliki ilmu yang sangat luas dan mahir dalam bidang tulis-menulis."

Pada 1034 Masehi, terjadi malapetaka dahsyat di wilayah Timur Tengah dan sekitarnya. Bermula dari gempa besar yang berlangsung hingga 40 hari. Disusul kemarau panjang dan berjangkitnya penyakit menular.

Ketika musibah itu berakhir, Khalifah Al-Qadir dan Amirul Umara Jalal Ad-Daulah bekerjasama melakukan berbagai perbaikan. Semua pihak menaruh hormat kepada Jalal Ad-Daulah. Suasana itu digunakan oleh Jalal Ad-Daulah untuk merombak gelar kehormatannya. Ia meresmikan dirinya dengan panggilan Mulk Al-Mulk (Raja Diraja). Khalifah Al-Qadir tidak keberatan atas hal itu.

Namun ia tak bisa menikmati gelarnya itu. Ia hanya bertahan empat tahun. Pada 433 H, ia jatuh sakit dan meninggal dunia. Jabatannya digantikan oleh Abu Kaliger putra Sulthan Ad-Daulah yang dipanggil dengan sebutan Mulk Muhyiddin.

Pada Dzulhijjah 450 H, seorang berkebangsaan Turki bernama Arsalan yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Basasiri, menangkap Khalifah Al-Qaim. Dulunya ia adalah budak Turki yang dibeli oleh Baha Ad-Daulah.

Terjadi pertempuran sengit selama satu bulan di Baghdad antara khalifah dan pasukan Al-Basasiri yang membawa panji-panji pemerintahan Mesir. Al-Basasiri membawa Al-Qaim ke Anah dan memenjarakannya di tempat itu.

Diam-diam, Khalifah Al-Qaim berhasil melakukan surat-menyurat dengan Amir Toghrul Bek bin Mikail dari Bani Seljuk. Dengan pasukan besar, Toghrul Bek segera maju merebut wilayah Khurasan.

Terakhir, ia berhasil masuk Baghdad dan menangkap Mulk Abdur Rahim, putra Mulk Muhyiddin, yang menentang Al-Qadir. Toghrul Bek memasukkan Mulk Abdur Rahim ke dalam penjara hingga meninggal dunia. Dengan demikian, berakhirlah riwayat kekuasaan keluarga Buwaih.

Belakangan karena keberhasilannya itu, Toghrul Bek dianugerahi gelar Mulk oleh Khalifah Al-Qaim. Sejak itu, Panglima Besar keturunan Bani Seljuk ini dikenal dengan Mulk Toghrul Bek.

Namun setelah itu, Arsalan atau Al-Basasiri menulis surat kepada pejabat yang memerintah di Anah agar membebaskan khalifah secara terhormat. Akhirnya, khalifah Al-Qaim kembali menduduki kursi kehormatannya pada 25 Dzulqa'dah 451 H.

Setelah khalifah kembali, Mulk Toghrul Bek mempersiapkan tentara untuk menggempur Al-Basasiri dan berhasil membunuhnya. Setelah pulang dari penjara, khalifah tidak pernah tidur kecuali di tempat ia shalat, dan terus-menerus berpuasa dan shalat malam, memberi ampunan kepada siapa saja yang menganiayanya.

Pada malam Kamis, 13 Sya'ban 467 H, Khalifah Al-Qaim Biamrillah wafat. Penyebabnya adalah keluarnya darah dari hidungnya, dan dia menutup hidungnya dengan agar darah berhenti keluar. Namun ketika tertidur, sumbatan hidungnya terlepas, dan mengalirlah darah yang begitu banyak dari hidungnya. Ketika bangun kekuatannya telah habis.

Khalifah kemudian meminta cucunya Abdullah bin Muhammad untuk menjadi putra mahkota, dan memberikan beberapa nasihat kepadanya. Ia pun menghembuskan nafas terakhir. Al-Qaim menjadi khalifah selama 45 tahun.

Sumber : Republika

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More