Wednesday, June 8, 2011

Al-Mutawakkil Alallah II, Khalifah yang Terakhir

Al-Mutawakkil Alallah II, Abu Al-Izz bernama Abdul Azis bin Ya'kub bin Al-Mutawakkil Alallah. Dia lahir pada 819 H, ibunya bernama Haj Malik, putri seorang tentara. Ayahnya tidak pernah menjadi khalifah.

Al-Mutawakkil II tumbuh dan berkembang secara terhormat. Ia banyak dimintai pendapat dan sangat dicintai masyarakat dan para pembesar negara karena memiliki akhlak yang baik dan mulia. Dia dikenal sebagai khalifah yang rendah hati. Tingkah lakunya tenang dan menyejukkan. Wajahnya selalu ceria ketika berjumpa dengan siapa saja.

Selain itu, Al-Mutawakkil II juga dikenal sebagai sosok yang memiliki wawasan luas, banyak menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan. Dia dinikahkan oleh pamannya, Al-Mustakfi, dengan putrinya. Istrinya melahirkan anak yang saleh.

Tatkala Al-Mustanjid menderita sakit yang berlangsung lama, dia mewasiatkan kekhalifahan kepada Al-Mutawakkil II. Dan pada saat Al-Mustanjid meninggal dunia, Al-Mutawakkil II langsung diangkat sebagai khalifah (1485-1507 M) pada Senin 16 Muharram yang dihadiri oleh sultan, para hakim dan para pembesar.

Awalnya ia ingin menggunakan gelar Al-Musta'in atau Al-Mutawakkil, akhirnya dia memilih Al-Mutawakkil Alallah. Setelah itu dia kembali ke kediamannya dengan diiringi oleh para hakim dan pembesar. Hari itu adalah hari yang sangat bersejarah baginya. Namun pada akhir pemerintahannya, Al-Mutawakkil II kembali ke benteng tempat Al-Mustanjid dulu pernah tinggal.

Pada tahun ini, Sultan Al-Asyraf Qayatabay melakukan perjalanan ke Hijaz untuk menunaikan ibadah haji. Peristiwa ini merupakan peristiwa penting karena lebih dari seratus tahun para sultan tidak pernah melakukan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah.

Khalifah Al-Mutawakkil Alallah II wafat pada Rabu akhir Muharram 903 H. Dia mewasiatkan kekhalifahan kepada anaknya, Ya'kub, yang bergelar Al-Mustamsik Billah.

Imam As-Suyuthi dalam kitabnya, Tarikh Al-Khulafa', tidak meneruskan riwayat dua khalifah berikutnya, yakni Khalifah Al-Mustamsik Billah dan Al-Mutawakkil Alallah III. Ia menutup tulisannya dengan Khalifah Al-Mutawakkil Alallah II ini.

Al-Mustamsik Billah

Selanjutnya, kekhalifahan dipegang oleh Khalifah Al-Mustamsik Billah. Joesoef Sou'yb dalam bukunya Sejarah Daulah Abbasiyah III menyebutkan, Khalifah Al-Mustamsik berkuasa selama tiga tahun (1507-1510 M).

Al-Mutawakkil Alallah III

Setelah itu, kekuasaan diambil alih oleh Muhammad Al-Mutawakkil Alallah III. Ia berkuasa dari 1510 M hingga 1517 M. Dia merupakan khalifah terakhir Bani Abbasiyah di Mesir.

Al-Mutawakkil III didepak sebelum akhir masa pemerintahannya pada 1516 oleh pendahulunya, Al-Mustamsik. Namun kedudukannya segera dipulihkan kembali pada tahun berikutnya.

Pada 1517, Sultan Salim I dari Turki Utsmani berhasil mengalahkan kekhalifahan Mamluk dan menjadikan Mesir bagian dari negaranya. Al-Mutawakkil III dibawa ke Istanbul dan terjadilah timbang resmi jabatan khalifah.

Konon, saat itu juga Al-Mutawakkil III menyerahkan jabatan khalifah dan lambangnya, pedang dan mantel Nabi Muhammad SAW kepada Sultan Salim I. Sejak saat itu, para penguasa Turki Utsmani dipanggil juga dengan sebutan khalifah, yang sebelumnya mereka menamakan diri sebagai Sultan.

Dengan demikian, berakhirlah era kekuasaan Daulah Abbasiyah di Mesir. Tongkat kekhalifahan beralih ke tangan penguasa Turki Utsmani. Sebagian sejarawan menganggap para penguasa di Istanbul ini bukan khalifah tapi kesultanan. Namun tak bisa dihindari, yang berkuasa penuh kala itu adalah kesultanan Turki Utsmani.

Para penguasa Muslim di beberapa wilayah, menyatakan tunduk kepadanya. Oleh sebab itu, tidak salah kalau pemerintahan Turki Utsmani adalah kekhalifahan Islam yang diakui kaum Muslimin secara keseluruhan.

Hal ini berlangsung hingga 3 Maret 1924 Masehi, ketika presiden pertama Turki sekuler, Mustafa Kamal Ataturk,  menghapuskan sistem khilafah dari muka bumi dan menggantinya dengan sistem sekuler hingga kini.

Sumber : Republika

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More